
“Aku ga mau salim.” kata adik saat temenku datang berkunjung ke rumah.
“Kak, itu temannya sudah dikasih air minum belum?”
“Dik, tadi sudah pamit kan sama bundanya?”
Pernah punya pengalaman seperti itu kah, Sahabat IPPAQI? Ya. anak-anak saat berkumpul kadang belum mengerti apa yang baik untuk dilakukan terhadap sesamanya. Belum faham betul mengapa kita harus menghargai tamu, menghormati teman, sekalipun hanya menyuguhkan air minum. Banyak hal terkait adab bersosialisasi yang perlu kita kenalkan dan biasakan pada anak-anak.
Mungkin kita harus berkaca pada diri sendiri. Pernah kah merenung sejenak, bagaimana cara kita memperlakukan teman kita sendiri ? Baik saat ada anak bersama kita ataupun tidak. Bagaimana saat tiba-tiba kedatangan teman ke rumah, bagaimana kita menerima dan menjamu mereka sebagai tamu ?
Nasihat imam Al Ghazali terkait adab berteman mungkin perlu direnungkan bersama. Adab berteman yang disampaikan beliau terlihat sepele tapi dalam makna dan efeknya. Maka wajar kalau pembiasaan itu amat diperlukan, termasuk untuk diri kita sendiri. Kita simak yuk 7 adab dasar berteman yang perlu dikenalkan pada anak dan keluarga:
1. Menunjukkan Perasaan Gembira Ketika Bertemu
Ada hadist ‘arba’in yang sangat kita kenal terkait senyum adalah sodaqoh.
(تَبَسُّمُكَ فِي وَجْهِ أَخِيكَ صَدَقَةٌ (رواه الترمذى
“Senyum manismu dihadapan saudaramu adalah shadaqah” (HR. Tirmidzi)
Bayangkan saja saat kita sendiri bertemu dengan teman dan ia menerima kita dengan senyum gembira, tentu rasa bahagia itu akan menular, bukan? Ada sebuah penelitian yang dilakukan oleh Prof Edward Tronick Harvard University. Beliau menemukan bahwa seorang anak sekalipun masih batita, mampu menangkap bahasa tubuh orang yang ada di sekitarnya. Sehingga akan mempengaruhi proses komunikasi. Walau hanya bahasa tubuh yang dimunculkan, anak mampu menangkap sinyal baik dan buruk yang ditampakkan. Cek link video ini ya.
2. Mendahului Mengucap Salam
Saat kita bertemu dengan orang lain, dahulukan dengan mengucapkan salam. Saat mengajak anak-anak, minta ia untuk mengikuti apa yang kita lakukan. Seperti bagaimana bahasa tubuh kita saat bertemu orang, atau bagaimana saat bertemu orang lain, mendahului orang lain untuk mengucap salam. Terlebih lagi orang yang lebih muda mengucapkan salam kepada yang lebih tua. Seperti yang telah Rosul ajarkan pada kita, dalam hadist yang diriwayatkan oleh
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رضي الله عنه – قَالَ: [قَالَ] رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم: «لِيُسَلِّمِ الصَّغِيرُ عَلَى الْكَبِيرِ, وَالْمَارُّ عَلَى الْقَاعِدِ, وَالْقَلِيلُ عَلَى الْكَثِيرِ». مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ. (١
وَفِي رِوَايَةٍ لِمُسْلِمٍ: «وَالرَّاكِبُ عَلَى الْمَاشِي».
(Dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Hendaklah salam itu diucapkan yang muda kepada yang tua, yang berjalan kepada yang duduk, dan yang sedikit kepada yang banyak.” [Muttafaqun Alaihi].
Menurut riwayat Muslim: “Dan yang menaiki kendaraan kepada yang berjalan.”
3. Ramah Ketika Duduk dan Bercengkrama
Saat duduk bersama tentu akan semakin menyenangkan bila saling bercengkrama, tak ada jarak di antara teman. Lepas saling bercerita dan berbagi pengalaman. Jangan lupa, bagi anak-anak perlu dijelaskan juga terkait batasan pergaulan antara lawan jenis ya.
4. Melepas Teman dengan Berdiri Saat Berpamitan
Ini terlihat sepele. Namun tentu akan berbeda rasanya saat kita berpamitan dengan tuan rumah, dan dilepas dengan senyum plus diantar hingga gerbang pintu. Maka lakukan hal serupa bila kita ingin dihormati dan diperlakukan yang sama. Kenalkan dan ajarkan anak-anak untuk melakukan hal sederhana ini.
5. Memperhatikan Saat Teman Berbicara dan Tidak Mendebat di Saat Berbicara
Memberikan kesempatan orang lain ketika berbicara adalah bagian dari menghormati orang lain. Menyimak tak hanya mendengarkan sama seperti menghargai orang lain. Yang menarik terkait berdebat ini adalah Rosulullah pun mengingatkan dalam hadistnya imam Bukhori Muslim bahwa orang yang paling dimurkai Allah adalah orang yang selalu mendebat. Artinya mendebatnya tanpa ilmu atau dengan cara yang bathil. Demikian juga bila kita merasa berada di pihak yang benar, hindari perdebatan. Karena debat itu akan mendatangkan emosi, amarah dan buruk sangka terhadap orang lain. Simak hadis berikut ini,
أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا وَبِبَيْتٍ فِي وَسَطِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْكَذِبَ وَإِنْ كَانَ مَازِحًا وَبِبَيْتٍ فِي أَعْلَى الْجَنَّةِ لِمَنْ حَسَّنَ خُلُقَهُ
“Saya memberikan jaminan rumah di pinggir syurga bagi orang yang meninggalkan perdebatan walaupun dia orang yang benar. Saya memberikan jaminan rumah di tengah syurga bagi orang yang meninggalkan kedustaan walaupun dia bercanda. Saya memberikan jaminan rumah di syurga yang tinggi bagi orang yang membaguskan akhlaqnya.” (HR Abu Daud)
Jadi, masih meragukan kah akan jaminan yang langsung diberikan oleh baginda Nabi kita?
6. Menceritakan Hal-Hal yang Baik
Salah satu cara terbaik ketika berteman dan mengeratkannya adalah dengan menceritakan hal baik. Menceritakan kebaikan teman kita. Karena hal ini mampu menjaga hubungan pertemanan menjaga silaturahmi dengan orang lain. Kalau pertemanan antar kita, orang dewasa, sudah baik, bukan tidak mungkin hubungan pertemanan antar anak kita pun semakin baik dan dekat bagai saudara.
7. Tidak Memotong Pembicaraannya dan Memanggil dengan Nama yang Disenangi
Pernahkah Sahabat IPPAQI ngrasain saat berbicara kemudian dipotong pembicaarannya dengan orang lain? Bagaimana rasanya? Jengkel? Sebel? Marah? Keki?. Seperti itulah yang dirasakan bila kita memotong pembicaraan orang lain. Beri teman kita kesempatan untuk menyelesaikan pembicaraannya. Ini mungkin sedikit sulit bila dilakukan oleh anak-anak. Karena biasanya, anak-anak kalau diminta bercerita, mereka akan berebut. Saat seperti itulah sebetulnya kita bisa masuk menanamkan akhlaq berbicara dengan orang lain. Dan jangan lupa, anak adalah peniru ulung, berikan contoh yang baik dan benar pada anak.
Demikian juga terkait panggilan yang disenangi. Memberikan panggilan yang sifatnya merendahkan orang lain sangat tidak disarankan, bahkan sebaiknya dihindari. Secara psikologis bila dipanggil dengan panggilan tidak baik akan merusak mentalnya dan yang paling parah adalah, bisa menjadi doa. Ingatkah bahwa Allah itu sesuai dengan prasangka hambanya?
Islam begitu memperhatikan bagaimana adab harus diutamakan dalam keseharian. Rosulullah membutuhkan 30 tahun untuk mengajarkan adab terlebih dahulu pada para sahabatnya. Baru kemudian mengajarkan ilmu. Ini artinya bahwa betapa mendahulukan adab itu adalah sangat penting, sesuatu yang tidak bisa instan. Perlu dilakukan berkali-kali, berulang hingga mendarah daging. Mengenalkan dan membiasakan adab yang baik sejak anak masih kecil, tentu akan jauh lebih mudah dari pada mengenalkannya saat sudah dewasa. Jadi lakukan sekarang. Lakukan bersama dalam memperbaiki adab di rumah dan di lingkungan terdekat. Belajar selalu kepada para ahlinya. Dan minta petunjuk dari Allah untuk selalu didekatkan dengan orang-orang yang sholih.
Hanya Allah lah tempat kita berlindung.
Kutipan :
1. almanhaj.or.id
2. rumaysho.com
3. muslim.or.id